Penularan virus dengue terjadi melalui gigitn nyamuk yang
termasuk subgenus stegomya. Yatu, nyamuk Ae aegypti dan Ae. Albopictus sebagai
vektor primer, sedangkan Ae. Polyneiensis, Ae scutellaris, dan Ae. (finalaya)
niveus sebagai vektor sekunder. Selain itu, terdapat penularan transeksual dari
nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan, juga penularan transovarial
dari induk nyamuk ke keturunannya. Juga melalui transfusi darah seperti terjadi
di singapura pada tahun 2007 yang berasal dari penderita asimptomatik.
Penelitian di jepara dan ujungpandang enunjukkan bahwanya
untuk Aedes spp. Berhubungan dengan tinggi rendahnya penularan virus dengue di
masyarakat. Tetapi penularan tersebt tidak selalu menyebabkan DBD pada manusia karena
masih tergantung faktor lain seperti Vector capacity, virulensi virus dengue,
dan imunitas host.
Penelitian di Thailand menunjukkan anak-anak kekurangan
gizi memiliki resiko lebih rendah untuk tertular virus dengue, tetapi jika
mendapatkan penularan berada pada resiko yang lebih tinggi mendapatkan dengue
shock synrome (DSS) bahkan kematian. Sebaliknya anak-anak obesitas memiliki
resiko lebih tinggi tertular DBD dibandingkan yang status gizi normal.
Laporan lain menyebutkan bahwa orang obesitas mempunyai
resiko lebih tinggi mendapatkan DBD dengan komplikasi atau kematian. Selain
itu, telah dikonfirmasi bahwa penderita DBD dengan status gizi baik dan kurang jumlahnya lebi sedikit
dibandingkan dengan yang obesitas.
Ketika virus dengue masuk ke dalam tubuh untuk pertama
kalinya, bisa terjadi infeksi pertama yan mungkin memberika gejala demam dengue
dengan patogenesis yang masih belum jelas.
0 komentar:
Posting Komentar