Tempat
nongkrong untuk melewatkan malam, bertemu kolega sambil menikmati penganan
kecil dan menyeruput kopi atau juice, tidak harus di mal atau kafe eksklusif.
Di luar tempat seperti itu kini cukup banyak titik pertemuan (meeting
point) yang dapat dipilih khususnya bagi kawula muda. Salah satunya Surabi
Teras di Jl Ir H Juanda (Jl Raya Ciputat), Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Surani Teras
adalah “warung” yang menyajikan penganan tradisional surabi atau serabi. Sejak
dibuka tiga bulan lalu Surabi Teras tidak pernah sepi pengunjung. Selepas
Magrib kursi-kursi mulai terisi, makin malam tetamu bertambah sesak. Di akhir
pekan suasananya makin riuh, banyak pengunjung tak dapat tempat duduk.
Pengunjungnya
para kawula muda terutama kalangan mahasiswa. Menurut Dwi Priyanto, pemilik
Surabi Teras, tempat ini memang dirancang jadi tempat nongkrong anak-anak muda.
Ini sesuai dengan lokasinya yang diapit kampus UIN Ciputat dan Universitas
Muhammadiyah. Surabi Teras langsung sohor di kalangan anak-anak muda,
selain lokasinya strategis juga dilengkapi internet gratis (wi-fi zone), dan
harganya terjangkau kantong mahasiswa.
“Untuk segmen
life style Ciputat itu baru mulai berkembang. Konsep makan di pinggir jalan
yang murah meriah tapi ada fasilitas nongkrong seperti live music, TV kabel,
wi-fi, itu pasti digemari,” katanya.
Dwi tertarik dengan sajian menu surabi karena
rasanya enak, murah, dan didorong keinginan mengangkat makanan tradisional ke
jagat modern. Surabi dibuat dari olahan tepung beras atau terigu, kelapa, gula,
dan bahan lainnya semacam pancake. Di
sini tersedia 18 macam rasa surabi seharga Rp8-18 ribu/piece. Topping-nya beraneka
ragam, keju, coklat,, eks krim, dan lain-lain. Agar lebih beragam Dwi
menambahkan menu chinese food, coffee, dan aneka sari buah. “Surabi itu makanan
ringan, enak, yang hampir semua orang suka,” ujarnya.
Setiap
harinya Dwi dapat menjual rata-rata 250 porsi. Untuk mempertahankan citarasa
pengolahan surabi tetap menggunakan cara tradisional yaitu dimasak menggunakan
gerabah (perkakas berbahan tanah liat) di atas tungku perapian dari arang.
Dua zona
Surabi Teras
menempati bangunan seluas 150 m2 yang terbagi dua zona, bagian dalam
berpendingin udara dengan kapasitas 33 orang, dan bagian luar atau teras. Di
teras kapasitasnya lebih banyak sekitar 70 orang. Penggunaan furnitur,
pemilihan warna, maupun aksesori lainnya dipilih sendiri oleh Dwi yang memang
berlatar belakang desainer interior. “Konsepnya minimalis dengan warna dasar
coklat sebagai representasi surabi dan warna oranye untuk nuansa orang menjadi
tertarik,” jelasnya.
Dwi memperkerjakan 14 orang karyawan untuk dua shift yang terdiri enam orang waitress, dua bartender, dan tiga
pembakar surabi. Buka mulai pukul 11 siang hingga pukul 12 malam. Saat akhir
pekan bisa buka hingga jam satu dini hari.
0 komentar:
Posting Komentar